Exanthematous Drug Eruption

Exanthematous Drug Eruption
No. ICPC II : S07 Rash generalized
No. ICD X : L27.0 Generalized skin eruption due to drugs and medicaments
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan
pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat
yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan diagnosis,
profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi hipersensitivitas
tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya
adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Gatal ringan sampai berat yang disertai kemerahan dan bintil pada kulit.
Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai pengobatan. Biasanya disebabkan
karena penggunaan antibiotik (ampisilin, sulfonamid, dan tetrasiklin) atau
analgetik-antipiretik non steroid.
Kelainan umumnya timbul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak,
kemudian meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise,
dan nyeri sendi yang muncul 1-2 minggu setelah mulai mengkonsumsi obat,
jamu, atau bahan-bahan yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan
kontras radiologi).
Faktor Risiko
a. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh
pajanan sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka).
b. Riwayat atopi diri dan keluarga.
c. Alergi terhadap alergen lain.
d. Riwayat alergi obat sebelumnya.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
a. Erupsi makulopapular atau morbiliformis.
b. Kelainan dapat simetris.
Tempat predileksi : Tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak.

Gambar 8. Exanthematous Drug Eruption
Sumber: http://see.visualdx.com/diagnosis/drug_eruption_exanthematous
Pemeriksaan Penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding : Morbili
Komplikasi : Eritroderma
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi
obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera
disingkirkan.
Farmakoterapi yang diberikan, yaitu:
a. Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali
pemberian per hari selama 1 minggu.
b. Antihistamin sistemik:
1. Setirizin 2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan; atau
2. Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan.
c. Topikal : Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%).
Konseling dan Edukasi
a. Prinsipnya adalah eliminasi obat penyebab erupsi.
b. Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan kecil di
dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya.
c. Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh dengan
adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi.
- 50 -
Kriteria rujukan
a. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan
dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
b. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai
penyebab :
1. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan
2. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
3. Uji provokasi
c. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar dan
menghindari obat selama 7 hari
d. Lesi meluas
Sarana Prasarana: -
Prognosis
Prognosis umumnya bonam, jika pasien tidak mengalami komplikasi atau
tidak memenuhi kriteri rujukan.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Pages